Terperangkap Dalam Keindahan
“Epos Pendawa XXIII di Desa Rantau Langsat”
Ekspedisi Pendidikan Dasar Wanapalhi (Pendawa) XXIII memiliki misi menyusur Gua Harimau dan Sarang Walet. Selain eksplorasi gua, ekspedisi ini juga melibatkan pengabdian kepada masyarakat khususnya melalui sosialisasi di sekolah dasar setempat yang bertujuan menyebarkan informasi dan pengetahuan kepada generasi muda tentang bahaya membuang sampah sembarangan dan bagaimana cara penanggulangannya.
Ekspedisi ini dilaksanakan di Desa Rantau Langsat yang terletak di Kecamatan Batang Gansal, Kabupaten Indragiri Hulu, Provinsi Riau. Desa ini dikenal dengan keindahan alamnya yang memikat, mencerminkan lingkungan yang alami dan asri. Terletak sekitar 257,6 kilometer dari Pekanbaru, daerah ini menyimpan berbagai keajaiban alam, seperti air terjun, gua, dan keajaiban alam lain yang masih belum diketahui oleh kalangan umum.
Perjalanan dimulai pada tanggal 22 Oktober 2023, saat Tim Ekspedisi Pendawa XXIII memulai perjalanan menuju Indragiri Hulu. Namun, tim tidak dapat langsung menuju Desa Rantau Langsat karena harus terlebih dahulu mengurus Surat Izin Masuk Kawasan Konservasi (SIMAKSI) di Taman Nasional Bukit Tigapuluh (TNBT). Pada tanggal 23 Oktober 2023, setelah selesai mengurus SIMAKSI, Tim Ekspedisi Pendawa XXIII melanjutkan perjalanan menuju Desa Rantau Langsat dan beristirahat di camp ground.
Pada tanggal 24 Oktober 2023, Tim Ekspedisi Pendawa XXIII melakukan pengabdian manyarakat, dimana pengabdian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri 004 Rantau Langsat. Melalui kegiatan ini, Tim Ekspedisi Pendawa XXIII menyampaikan informasi kepada para siswa tentang bahaya membuang sampah sembarangan, serta memberikan pemahaman mendalam mengenai strategi penanggulangannya.
Foto Bersama Guru dan Siswa/i SDN 004 Rantau Langsat
Malamnya, tim bertemu dengan Pak Muhidin, yang merupakan juru kunci Gua. Pertemuan ini dilakukan untuk berkoordinasi mengenai rencana kegiatan penelusuran gua yang akan dilaksanakan pada hari selanjutnya.
Pada tanggal 25 Oktober 2023, Tim Ekspedisi Pendawa XXIII bersama Pak Muhidin memulai perjalanan ke Gua. Dari koordinasi malam sebelumnya, disepakati bahwa gua sarang walet akan menjadi objek penelusuran pertama. Perjalanan dilakukan menggunakan sepeda motor selama 20 menit. Tim berhenti di rumah terakhir karena perjalanan harus dilanjutkan dengan berjalan kaki, dan memakan waktu sekitar 30 menit.
Sesampainya di mulut gua, Pendawa XXIII bersiap untuk menelusuri Gua Sarang Walet. Teknik yang digunakan adalah SRT (Single Rope Technique).
Foto saat Pendawa XXIII memasuki Gua Sarang Walet
Mengapa disebut Gua Sarang Walet? “Karena dahulu gua ini banyak berisikan sarang walet, namun sekarang sudah dibersihkan,” ucap Pak Muhidin selaku juru kunci Gua.
Di dalam gua, tim menemukan satu pintu masuk vertikal dengan kedalaman 7 meter, satu pintu keluar horizontal, dan satu ruangan yang tidak dapat dimasuki karena terlalu tinggi dan lubang masuk yang kecil. Gua sarang walet memiliki struktur berupa tumpukan beberapa batu besar yang membentuk Lorong dan memiliki jenis lorong pintu air. Fauna di dalam gua mencakup kelelawar dan burung walet. Tak hanya itu, Pendawa XXIII juga menemukan satu flora, yaitu jamur berwarna putih yang biasa disebut “air liur hantu” oleh masyarakat sekitar. Penelusuran Gua Sarang Walet dilakukan selama kurang lebih 1 setengah jam.
Foto Pendawa XXIII Bersama Juru Kunci Gua
Usai melakukan penelusuran di Gua Sarang Walet, tim melanjutkan perjalanan ke Gua Harimau. Sebelum sampai di Gua Harimau, tim memutuskan untuk istirahat sejenak dan makan siang bersama juru kunci gua. Setelah istirahat, Tim Ekspedisi Pendawa XXIII melanjutkan perjalanan ke Gua Harimau dan memakan waktu sekitar 30 menit menggunakan sepeda motor.
Sesampainya di Gua Harimau, Tim Ekspedisi Pendawa XXIII dan kunci gua langsung memasuki Gua. Teknik yang digunakan untuk penelusuran gua ini menggunakan TPGH (Teknik Penelusuran Gua Horizontal).
Foto Saat Tim Ekspedisi Pendawa XXIII dan Juru Kunci Berada didalam Gua Harimau
Mengapa dinamakan Gua Harimau? “Karena dulunya gua ini adalah tempat harimau berkembang biak. Setelah anak harimau sudah bisa berjalan, para harimau akan kembali ke atas bukit,” ucap Pak Muhidin selaku juru kunci Gua.
Di dalam Gua Harimau, tim menemukan satu pintu masuk yang harus dilalui dengan berjongkok. Di ruangan pertama, tim menemukan tiga pintu, namun hanya dua pintu yang dapat dimasuki. Kedua pintu ini mengarah ke satu ruangan selanjutnya, sementara satu pintu lainnya terlalu kecil untuk dimasuki. Gua Harimau memiliki struktur dinding dan seluruh bebatuan di dalamnya terbuat dari batu pasir. Hal ini juga yang membuat tim tidak dapat menelusuri gua terlalu dalam. Lorong yang ada di Gua Harimau adalah jenis Lorong Vadose. Lorong Vadose adalah lorong gua yang dapat ditemukan aliran air dengan pembentukan ornamen gua yang masih berjalan, lorong ini memiliki kelembaban yang lebih tinggi dibandingkan lorong fosil. Tim Ekspedisi Pendawa XXIII juga menemukan ornamen berupa column yang ada didalam Gua Harimau. Fauna yang ditemukan di dalam gua ini berupa laba-laba, katak, ulat, dan kelelawar.
Foto Saat di Gua Harimau