Menjejaki Dusun Terpencil Di Indragiri Hulu
Tanggal 23-28 Juni 2024, Pendawa XXIV dari Organisasi Wanapalhi Universitas Sains dan Teknologi Indonesia melakukan kegiatan ekspedisi yang terdiri dari 9 peserta dan 2 pembimbing dengan tujuan pengabdian masyarakat sekaligus mengulik tentang adat istiadat dari Suku Talang Mamak yang berasa di Dusun Tualang, Desa Siambul, Kecamatan Batang Gansal, Kabupaten Indragiri Hulu, Provinsi Riau.
Minggu, 23 Juni 2024 di malam harinya tim ekspedisi melakukan perjalanan dari Pekanbaru menuju Indragiri Hulu untuk menjalankan kegiatan di Dusun Tualang, Desa Siambul, Kecamatan Batang Gansal, Kabupaten Indragiri Hulu, Provinsi Riau.
Perjalanan yang ditempuh selama 9 jam, kami pun tiba di Desa Siambul pada pagi hari tanggal 24 Juni 2024, dari Desa Siambul tim ekspedisi melanjutkan perjalanan ke Dusun Tualang dengan berjalan kaki. Tim ekspedisi pun singgah di rumah Pak Cundang selaku Sekretaris Desa untuk beristirahat sebentar. Tim ekspedisi melanjutkan perjalanan dari rumah Pak Cundang dan mendapatkan tumpangan dari seorang warga sampai ke jembatan gantung lalu melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki menuju Dusun Tualang sekitar 1 jam perjalanan. Sore harinya masyarakat setempat melakukan upacara penyambutan bagi kami tim ekspedisi yang merupakan salah satu adat dari Suku Talang Mamak.
Kedatangan kami di Dusun Tualang disambut dengan penuh keramahan oleh penduduk setempat dengan mengadakan upacara penyambutan membakar kemenyan dan dibacakan doa penyambutan oleh Datuk Rantau. Upacara ini biasa mereka lakukan apabila ada orang yang berkunjung ke Dusun tersebut dengan harapan selama berada di Dusun Tualang tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Setelah melakukan upacara penyambutan malam harinya dilanjutkan dengan malam keakraban (makrab) antara tim ekspedisi dan masyarakat Dusun Tualang dengan perkenalan diri dari kami ke masyarakat yang ada di sana sekaligus menjelaskan tujuan dari kegiatan yang akan kami lakukan di Dusun Tualang. Partisipasi masyarakat terhadap kedatangan kami begitu terasa, terutama anak-anak yang begitu gembira dengan kehadiran kami karena mereka senang dapat bermain bersama. “Penduduk di sini akan selalu mendukung sepenuh hati setiap kegiatan yang dilakukan oleh adek-adek mahasiswa di Dusun Tualang ini,” ujar Pak Sukardi selaku RT Dusun Tualang dengan tulus. Setelah melakukan perkenalan diri kami pun kembali menuju tempat penginapan untuk beristirahat.
Foto Upacara Penyambutan Bakar Kemenyan
Selasa, 25 Juni 2024 tim ekspedisi ikut berpartisipasi dalam pembangunan rumah adat Suku Talang Mamak yang biasa mereka sebut “Kemantan”. Sore harinya dilanjutkan bergotong royong untuk membangun gapura di perbatasan wilayah masuk ke Dusun Tualang bersama masyarakat dan pemuda setempat. Dalam rangka ekspedisi ini kami juga aktif terlibat dalam berbagai kegiatan di Dusun Tualang termasuk pada pembangunan gapura bersama dengan masyarakat setempat, serta turut dalam pembuatan “Kemantan”, rumah adat khas Suku Talang Mamak.
Rumah adat kemantan merupakan rumah adat yang memiliki peran penting dalam kehidupan masyarakat setempat. Rumah ini digunakan untuk berbagai keperluan seperti pengobatan, upacara pernikahan, dan berbagai acara adat lainnya di dusun tersebut. Keunikkan “Kemantan” terletak pada bahan pembuatannya yang menggunakan bambu, sebuah material yang sangat tahan lama dan mampu bertahan hingga puluhan tahun. Pada malam harinya tim ekspedisi bersilaturahmi ke rumah Datuk Rantau untuk mengulik beberapa tempat bersejarah yang ada di Dusun Tualang.
Rabu, 26 Juni 2024 tim ekspedisi melanjutkan kegiatan mengajar ke sekolah dasar. Salah satu kegiatan yang sangat berkesan dalam ekspedisi kami di Dusun Tualang adalah ketika kami terlibat dalam kegiatan mengajar di sekolah dasar yang dikenal dengan nama Sekolah Jarak Jauh. Sekolah ini terdiri dari satu kelas dengan bangunan sederhana berbahan kayu dan bambu, serta hanya memiliki 20 murid. Mereka begitu bersemangat ketika kami datang karena mereka jarang memiliki kesempatan untuk belajar . “Kami sangat menginginkan sekolah yang lebih baik dan layak seperti sekolah di dusun sebelah,” ungkap salah seorang anak dari Dusun Tualang bernama Vino dengan penuh harapan. Hal ini membuat kami semakin sadar akan tantangan yang dihadapi oleh anak-anak di pedalaman yang sering kali terbatas dalam akses pendidikan dan kegiatan pembelajaran.
Setelah melakukan kegiatan mengajar kami juga melakukan penanaman bibit yang kami peroleh dari kebun holiday berupa matoa, petai, dan durian. Kami juga menyalurkan baju layak pakai yang diamanah kan Sahabat Pelosok Negeri kepada kami. Malam harinya pada hari yang sama kami juga kedatangan tamu yaitu Pak Rodang atau akrab dipanggil Pak Uwo yang memberikan cerita mengenai sejarah Suku Talang Mamak.
Foto bersama Anak-Anak di Depan Sekolah Jarak Jauh
Kamis, 27 Juni 2024 kami merasakan campur aduk antara kebahagiaan dan kesedihan saat menyadari bahwa ini adalah hari terakhir kami di Dusun Tualang. Untuk menutup petualangan kami dengan cara yang istimewa, tim ekspedisi mengundang seluruh masyarakat Dusun Tualang untuk bergabung dalam acara memasak bersama. Sebuah momen penuh kehangatan dan kebersamaan, di mana kami bersama-sama menyiapkan hidangan lokal sebagai simbol perpisahan. Dalam suasana penuh tawa dan cerita, kami menyampaikan rasa terima kasih dan apresiasi yang mendalam atas sambutan hangat yang kami terima. Meskipun berat hati, kami harus mengakhiri kegiatan lebih cepat karena ada keperluan yang mengharuskan kami segera pulang ke Pekanbaru.
Dusun Tualang adalah sebuah tempat yang masih belum tersentuh oleh listrik, sehingga cahaya di malam hari hanya disediakan oleh lampu pelita. Selain itu, jaringan telekomunikasi juga tidak tersedia di sini; untuk mendapatkan sinyal, kami harus mendaki ke bukit terdekat. Untuk mengisi daya ponsel, kami perlu melakukan perjalanan sekitar 30 menit ke dusun lain yang jaraknya cukup jauh. Selain itu, akses jalan dari Desa Siambul menuju dusun ini kurang baik, menambah tantangan dalam mobilitas di daerah ini. Mata pencaharian utama masyarakat Dusun Tualang adalah mencari damar dan pinang serta pemanfaatan sumber daya alam lainnya yang dijual untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka.
Foto Bersama Masyarakat Dusun Tualang
Setelah kami menceritakan perjalanan panjang, tim ekspedisi ingin berbagi pengetahuan tentang sejarah, Adat Istiadat, peninggalan, dan beberapa larangan yang ada di Dusun Tualang.
Sejarah Suku Talang Mamak
Suku Talang Mamak memiliki asal-usul dari Minangkabau Pagaruyung, suku Caniago. Awalnya, istilah “Talang Mamak” bukanlah nama suku, karena “mamak” sendiri adalah panggilan bagi saudara dari mamak kita.
Pada masa lampau, ada dua bersaudara dengan pandangan yang berbeda, yaitu Datuk Parpati Nan Sabatang dan Datuk Katamanggungan. Datuk Katamanggungan mengikuti ajaran Islam saat agama ini pertama kali masuk ke Minangkabau, sementara Datuk Parpati tetap memegang teguh adat istiadatnya. Masyarakat Suku Talang Mamak, memiliki pepatah yang menyatakan “adat jangan dianjak, dianjak layu janggur mati”, yang menegaskan pentingnya memelihara adat meskipun agama baru diterima. Awalnya, kepercayaan Suku Talang Mamak cenderung ke animisme, tetapi agama Kristen masuk ke komunitas mereka pada tahun 1983. Saat ini, Suku Talang Mamak di Dusun Tualang, Desa Siambul, mayoritas menganut agama Kristen Katolik.
Pada tahun 1986-1987, pemerintah Republik Indonesia mengakui Suku Talang Mamak sebagai suku terasing. Suku Talang Mamak di Dusun Tualang merupakan keturunan dari Datuk Parpati Nan Sabatang, yang masih mempertahankan adat istiadat warisan dari Minangkabau, seperti tradisi “balek ke anak perempuan”. Menurut adat, jika seorang lelaki dari luar Suku Talang Mamak menikahi seorang anak perempuan dari Dusun Tualang, ia diwajibkan untuk tinggal di dusun tersebut. Sebaliknya, jika lelaki dari Suku Talang Mamak menikahi perempuan dari luar, mereka dapat tinggal di luar Dusun Tualang. Meskipun beberapa aspek adat di Dusun Tualang mengalami perubahan, seperti cara berpakaian perempuan yang dulunya mengenakan kain sarung yang diikat hingga dada mirip kemben, kini beralih kepada pakaian sehari-hari, namun adat meminang dan tambak kubur nya tetap dijaga dengan tata cara yang khusus. Tambak kubur sendiri merupakan bentuk penghormatan yang mendalam terhadap keluarga yang telah meninggal dunia.
Ada beberapa larangan adat yang sampai sekarang masih di jaga oleh masyarakat Dusun Tualang seperti Ketika ada orang yang berpacaran sampai tengah malam dan ketahuan maka langsung di bawa kerumah penghulu dan dinikahkan atau biasa mereka sebut “tegawal” (Nikah dipaksa).
Kami juga mendapatkan cerita mengenai larangan orang Aceh untuk mengunjungi Dusun Tualang. Dahulu kala, orang Aceh pernah berupaya merampas dan merusak peninggalan bersejarah yang terdapat di Dusun Tualang. Namun, setiap kali mereka berusaha mengganggu peninggalan tersebut, nasib tragis selalu menimpa mereka. Akibat kejadian tersebut, orang Aceh bersumpah untuk tidak mengunjungi Dusun Tualang selama tujuh generasi ke depan. Dikatakan bahwa siapapun dari orang Aceh yang melanggar sumpah ini dengan datang ke Dusun Tualang, akan menghadapi kematian mendadak. Kisah ini menjadi bagian dari warisan dan kepercayaan masyarakat Dusun Tualang.
Foto bersama Datuk Rantau.
Tempat Bersejarah di Dusun Tualang
Tim ekspedisi juga mengulik beberapa tempat bersejarah dan peninggalan di Dusun Tualang, yang kami ketahui dari seorang tokoh yang dihormati di dusun tersebut. Tokoh yang biasa dipanggil dengan sebutan Datuk Rantau, dikenal karena hobinya merantau. Beberapa tempat bersejarah yang kami ketahui di Dusun Tualang antara lain:
Bukit Lapat
Bukit Lapat di Dusun Tualang memiliki kisah yang mirip dengan legenda Maling Kundang, di mana seorang anak menolak mengakui ibunya. Legenda ini bermula dari kisah tujuh saudara yang pulang dari perantauan, di mana enam dari mereka menolak mengakui ibu kandung mereka, kecuali putri bungsu yang tetap setia pada ibunya. Kejadian tragis terjadi ketika kapal yang mereka tumpangi karam akibat terjerat oleh akar yang mirip sehelai rambut. Akar tersebut membelit kapal hingga membentuk sebuah bukit yang kemudian dikenal sebagai Bukit Lapat.
Masyarakat setempat meyakini bahwa jika seseorang tersesat di laut dan masih melihat Bukit Lapat, mereka belum dianggap benar-benar tersesat. Ujaran ini disampaikan oleh Datuk Rantau, seorang tokoh yang dihormati di Dusun Tualang.
Batu Penyamunan
Batu Penyamunan adalah sebuah tempat bersejarah yang terletak di kaki Bukit Lapat . merupakan tempat yang dianggap mistis karena konon merupakan tempat pembunuhan bagi mereka yang berniat jahat terhadap dusun tersebut.Disebut batu penyamunan karena tempat para pengunjung yang berniat jahat akan mendapat hukuman adil.
Air Terjun Jawa Takiak
Air Terjun Jawa Takiak di Dusun Tualang merupakan salah satu keajaiban alam yang menakjubkan. Untuk mencapai keindahan air terjun ini, kami harus menempuh perjalanan selama 3 hingga 4 jam dengan berjalan kaki dari dusun. Awalnya tim ekspedisi bersemangat untuk mengunjungi tempat ini, ingin menyaksikan langsung keindahan alam yang luar biasa. Namun, sangat disayangkan ketika hendak pergi, kami mendapat kabar dari seorang warga bahwa sekitar 5 bulan yang lalu, badai besar melanda dan menutupi akses jalan menuju air terjun tersebut. Hal ini menghalangi kami untuk melanjutkan perjalanan ke destinasi yang begitu diidamkan.
Air Terjun Jawa Takiak, dulunya dikenal sebagai Air Terjun Tualang, mengandung sebuah cerita. Pada zaman dahulu, ketika masih disebut Air Terjun Tualang, ada seorang penduduk Jawa yang mendatangi tempat tersebut. Saat itu, orang Jawa tersebut terlihat menangis ketika hendak mendaki ke air terjun tersebut. Sejak saat itulah, masyarakat setempat memutuskan untuk mengubah nama Air Terjun Tualang menjadi Air Terjun Jawa Takiak sebagai pengingat akan peristiwa tersebut.
Air Terjun Jawa Takiak, meskipun tidak dapat kami kunjungi pada saat itu, tetap menjadi daya tarik utama di Dusun Tualang. Keindahannya yang alami dan keberadaannya sebagai salah satu surga dunia tetap membuat kami terpesona, meskipun hanya dapat membayangkan keindahannya melalui cerita dan gambaran dari orang-orang setempat.
Batu Datuk Kurung Batu
Batu Datuk Kurung Batu adalah sebuah patung berbentuk manusia yang terletak di Dusun Tualang. Patung ini dikenal dengan sebutan Batu Datuk Kurung Batu karena diyakini mengandung kehadiran Datuk Kurung Batu di dalamnya. Lokasi patung ini berada di dalam rumah salah satu penduduk dusun tersebut. Keistimewaan Batu Datuk Kurung Batu adalah tidak sembarang orang dapat melihat atau menyentuhnya tanpa didampingi oleh Datuk Rantau, yang diyakini sebagai pemangku adat dan penjaga keamanan. Hal ini disebabkan oleh keyakinan bahwa melihat atau menyentuh patung ini tanpa izin atau perlindungan dapat menimbulkan kejadian tidak diinginkan atau malapetaka. Legenda sekitar Batu Datuk Kurung Batu semakin diperkuat oleh kisah seorang individu yang mengalami sakit berkepanjangan setelah menganggap remeh patung tersebut. Keberadaan dan perlakuan terhadap Batu Datuk Kurung Batu menjadi salah satu aspek budaya yang kaya dan menarik dalam warisan masyarakat Dusun Tualang.
Peninggalan Harta dan Pusaka
Beberapa peninggalan bersejarah yang disimpan dan dijaga oleh Datuk Rantau dari Suku Talang Mamak menghadirkan kekayaan budaya yang memukau. Peninggalan tersebut, berupa keris, baju, sarung, dan serban, dititipkan oleh leluhur suku sebagai warisan berharga. Ketika kami pertama kali menyaksikan harta pusaka ini, kami terkejut akan keberadaannya. Setiap benda menampilkan tulisan-tulisan dari Al-Qur’an dan amalan-amalan yang diyakini memiliki manfaat besar, sering diamalkan oleh ulama dan tokoh Islam seperti Asma’ul Husna dan Ismul A’zom. Keunikan lainnya terdapat pada baju peninggalan tersebut siapapun yang mengenakannya, meski dengan ukuran postur badan yang berbeda, tetap merasa nyaman dan pas. Awalnya kami ragu, tetapi rasa penasaran mendorong kami untuk meminta izin kepada Datuk Rantau untuk membuktikan langsung kehebatan baju tersebut. Dengan menguji baju tersebut pada empat orang dengan postur yang berbeda, kami semakin yakin akan keunikan dan kelebihannya. Sejarah baju peninggalan ini semakin menarik karena pada masa lalu, seratus orang mencoba membuka peti yang menyimpannya, namun hanya Datuk Rantau yang berhasil membukanya.
Hingga kini, harta pusaka ini terus dijaga dengan baik oleh Datuk Rantau, menjadi bukti nyata dari kekayaan budaya dan spiritual masyarakat Suku Talang Mamak yang terus diwariskan dan dilestarikan.
Foto Peninggalan Harta Pusaka
Sebagai penutup, memahami kisah-kisah dari masa lalu tidak hanya memperkaya pengetahuan kita tetapi juga mengajarkan kita banyak hal tentang perjalanan manusia .Kami menyampaikan informasi sesuai dari apa yang kami dapatkan dari Datuk Rantau dan Pak Rodang Kami berharap artikel ini telah memberikan wawasan yang bermanfaat dan mendalam mengenai sejarah yang dibahas. Jika ada kesalahan atau kekurangan dalam penyampaian informasi, kami mohon maaf.
Dengan berakhirnya ekspedisi di Dusun Tualang, kami tim ekspedisi meninggalkan tempat itu dengan penuh rasa hormat dan kekaguman terhadap kekayaan budaya dan keunikkan masyarakat Suku Talang Mamak. Kunjungan ini bukan hanya memberikan pemahaman yang mendalam tentang adat istiadat mereka, tetapi juga mengingatkan kita akan pentingnya melestarikan warisan budaya yang ada. Kami pulang dengan membawa kenangan yang tak terlupakan.
Penasaran seperti apa keseruan ekspedisi kami?
Jangan lewatkan video lengkapnya! Klik LINK sekarang.